Kamis, 26 Juli 2012

Kisah Sejuta Hikmah (2)


Kisah Sukses Seorang Fakir
                Dia tengah berpikir tentang kehidupannya yang susah. Dia membayangkan, betapa pahit dan getirnya liku-liku hidup yang dilaluinya. Jangankan mengharap harta yang lebih, makanan sehari-hari untuk anak istrinya sekalipun, dia tidak mampu memenuhinya. Dia berpikir, bagaimana caranya, dengan satu kalimat yang pendek –hanya dengan satu kalimat- dia bisa mengobati tiga penderitaannya sekaligus: menguatkan mental, mengubah liku-liku hidup, dan menyelamatkan malapetaka kekafiran dan kemiskinan.
                Orang itu adlah sahabat Nabi. Dia hidup dalam suasana yang sangat sengsara dan fakir. Suatu hari, ia berfikir, bahwa sudah tiba saatnya untuk bertindak. Setelah bermusyawarah dan bertukar pikiran dengan isterinya, dia berniat untuk pergi menghadap Nabi guna menjelaskan penderitaannya, lalu meminta pertolongan beliau.
                Sesampainya di majlis Nabi, sebelum dia sempat mengungkapkan hajatnya, dia mendengar Rasulullah berkata: “Barangsiapa meminta pertolongan kepada kami, tentu kami akan membantunya. Namun jika dia tidak mengulurkan tangannya dan tidak minta pertolongan dari seorang makhluk, maka Allah akan memperkaya dirinya.”
                Hari itu dia tidak mengungkapkan apa-apa, dan kembali ke rumah dengan tangan hampa. Malangnya, bayangan derita dan kemiskinan yang menyelubungi rumahnya, masih menghantuinya. Keesokan harinya, dengan niat yang sama, dia kembali ke majlis Nabi. Hari kedua ini pun, dia mendengar sabda yang serupa seperti hari sebelumnya: “Barangsiapa yang meminta pertolongan dari kami akan membantunya. Namun jika ia tidak mengulurkan tangannya kepada makhluk-Nya, niscaya Allah mencukupinya.” Kali ini pun, dia kembali tanpa sepatah kata yang bisa diungkapkan.
                Melihat kondisinya yang sangat merana dan tidak menentu, untuk yang ketiga kalinya, dia pergi juga ke majlis Nabi dengan niat yang sama. Dengan nada suaranya yang khas, suara yang menguatkan hati dan menenteramkan jiwa, lidah Nabi masih tetap mengulangi kata-kata yang sama seperti hari sebelumnya. Kali ini sabda Nabi dia rasakan lebih memberikan makna. Terasa seakan dia telah menemukan kunci kesusahannya selama ini. Dia keluar dari masjid Nabi dengan langkah yang lebih mantap. Dia berjanji terhadap dirinya, bahwa dia tidak akan pernah meminta pertolongan dari hamba-hamba Allah. “Aku akan bergantung dan menyerahkan semuanya kepada Allah semata-mata. Aku akan menggunakan sebaik mungkin tenaga dan kekuatan yang Allah amanatkan kepadaku. Aku berharap semoga Allah menjayakanku dalam kerja ini serta memberiku rasa cukup,” katanya dalam hati.
                “Apa yang dapat ku perbuat?’ pikirnya.
                Tiba-tiba dia teringat sebuah benda miliknya. “Bukankah gerobak ini akan membantu? Pergi ke padang pasir mengumpulkan kayu-kayu kecil, lalu bisa dijual di pasar?” katanya lagi.
                Hari-hari berikutnya, dia melakukan kerja yang serupa sa,pai akhirnya dia sanggup membeli binatang ternak dan perkakas-perkakas kerja. Tidak berapa lama kemudian jadilah dia seorang yang kaya dan mempunyai banyak budak.
                Suatu hari Nabi menghampirinya. Dengan tersenyum beliau berkata: “Bukankah telah kukatakan bahwa siapa yang minta pertolongan dari kami, temtu kami akan membantunya, namun jika dia ulurkan tangannya hanya kepada Allah, maka Allah akan memperkayakannya?”.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar