Minggu, 24 Februari 2013

FLOORPLAN

Kalau dalam arsitektur floorplan itu adalah gambar yang berbentuk skala, gambar-gambar ruang (ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, taman, dll). Trus apa bedanya dengan denah? Ya mirip banget, bahkan sebagian orang menyebut floorplan itu sebagai denah.

Contoh floorplan :









Floorplan Acara Televisi
Desain floorplan untuk acara televisi hampir sama dengan floorplan bangunan, namun kegunaan dan manfaatnya saja yang berbeda. Floorplan sebuah acara televisi dimaksudkan untuk membantu sutradara/pengarah acara televisi dalam “mengekseskusi” sebuah acara. Paling tidak, ada 3 macam floorplan :
  1. Floorplan Tata Aristik
  2. Floorplan Tata Kamera
  3. Floorplan Tata Lighting
Tapi, adakalanya ke tiga floorplan tersebut dibuat menjadi satu saja. Dengan satu floorplan, suttradara dan produser sudah bisa melihat tata artitistik, penempatan kamera, serta penempatan lightingnya. Tidak hanya acara televisi, untuk film sekalipun di Hollywood sana, floorplan sangatlah penting. Apalagi,sebagian besar produksi film di sana dilakukan di studio. Denah studio biasanya sudah punya skala yang sangat akurat.
floor
Floorplan Tata Artistik merupakan sketsa rencana tata artitistik yang diimplementasikan dalam sebuah denah secara lengkap menyangkut elemen stage dan properti serta penempatannya berdasarkan skala yang sudah dibuat sebelumnya. Sedangkan floorplan tata kamera sama dengan floorplan tata artistik namun ada penempatan posisi kamera. Yang membuat penempatan posisi kamera tersebut adalah pengarah acara (Program Director) yang bekerjasama dengan D.O.P (Director of Photography).

sumber : http://pojokspy.blogspot.com

Persiapan Menjadi Sutradara

Tidak seperti sebagian artis, aktor, maupun penulis yang biasanya terlahir dengan bakatnya, seorang sutradara harus mempelajari seni dari pekerjaan yang digelutinya. Melalui apa? yakni melalui :
  • Observasi dan tentu saja praktek.
  • Sutradara juga bisa belajar dengan cara menonton film-film karya sutradara yang lain.
  • Calon sutradara juga bisa belajar dengan memperhatikan cara sutradara lain bekerja di lapangan
  • Pengetahuan penyutradaraan juga bisa diperoleh dari membaca buku-buku tentang film atau mengikuti pendidikkan sinematografi bisa berupa kursus atau pendidikan formal
  • Satu hal yang pasti, tempat berlatih yang baik bagi calon sutradara adalah industri film itu sendiri. Intinya, terjun langsung dalam dunia film adalah pelatihan terbaik.
Memang tidak begitu banyak institusi pendidikan yang memfokuskan pada sinematografi di Indonesia, beberpaa perguruan tinggi diantaranya ada IKJ (Institut Kesenian Jakarta), ISI (Institut Seni Indonesia) Jogyakarta, dan Next Academy. Lain halnya kalau broadcasting (penyiaran), puluhan perguruan tinggi sudah membuka jurusan ini. Universitas Indonesia, UNPAD Bandung, Univ Moestopo, Sahid, AKOM BSI, Univ Tarumanagara, dan terakhir Univ Pancasila memiliki jurusan Broadcasting. Nah kalau tempat kursus diantaranya, School for Brodcast Media, PPHUI (Usmar Ismail), Diklat TVRI, Broadcast Center UI, dan CMC.
Selain institusi tadi, sutradara Rudy Soejarwo pernah mengadakan pelatihan penyutradaraan, juga Pop Corner yg terdiri dari bberapa sineas muda, terakhir Hanung Bramatyo juga mengadakan semacam pelatihan untu calon asisten sutradara.
Mengikuti pendidikan formal atau kursus bukan jalan satu-satunya, seperti yang diuraikan di atas bahwa ada cara-cara lain. Menonton karya sutradara lain juga penting dan ini juga dilakukan di perguruan tinggi semisal yang dilakukan di University of Southern California dan Academy of Motion Picture Arts and Sciences bahkan di Institut Kesenian Jakarta juga, bahkan menonton menjadi kewajiban mahasiswa. Sutradara Riri Riza menyukai sesi menonton ini yg diwajibkan di mata kuliah Sejarah Film.

sumber : http://pojokspy.blogspot.com

Lighting

Ada dua jenis pencahayaan yang bisa digunakan dalam pembuatan film, baik fiksi maupun non fiksi (seperti dokumenter). Jenis pencahayaan tersebut yakni artificial light (jelasnya ada di tulisan saya sebelumnya) serta available light. Available light adalah pencahayaan dengan memanfaatkan sumber cahaya yang ada. Available light di antaranya cahaya matahari, cahaya lampu yang ada di rumah, cahaya bulan, dan cahaya lampu di jalan. Jadi, available light berkaitan sumber cahaya yang sudah tersedia dan bagaimana agar sumber cahaya tersebut bisa digunakan untuk menyinari obyek. Jika hanya ada satu sumber pencahayaan, maka dipastikan itu sebagai pencahayaan utama atau keylight. Ada tiga point penting pencahayaan yang disebut three points lighting, tentang sudah saya jelaskan di lighting part 1. Dalam pemanfaatan available light bisa dimanfaatkan sebagai key light dan fill light.
Dalam Ruangan
Pencahayaan di dalam ruangan/indoor misalnya pencahayaan yang sudah ada (lampu neon atau lampu pijar). Pencahayaan ini bisa dimanfaatkan untuk keperluan shooting, walaupun bisa jadi banyak kelemahan, diantaranya intensitas cahaya yang dihasilkan terlalu rendah untuk kepentingan shooting. Dengan teknologi video digital hal ini masih bisa diakali dengan menaikan iris, walau demikian pasti ada batas toleransinya. Ketika kita menaikan f-stop di kamera, mungkin gambar yang dihasilkan akan tampak grainy/bintik-bintik. Usahakan, obyek mendapat pencahayaan yang cukup, walaupun tidak selalu solusi yang baik, coba memindahkan obyek/subyek yang akan anda shoot pada area cukup cahaya dimana cahaya lampu itu jatuh.
Jika anda akan shooting di dalam ruang kamar, anda bisa memanfaatkan cahaya matahari dari luar ruangan. Namun sekali lagi, anda harus mengatur posisi subyek agar mendapatkan intensitas pencahayaan yang diinginkan.
Luar Ruangan
Ketika kita akan shooting di luar ruangan/exterior pada siang hari yang harus diperhatikan adalah arah matahari. Tidak terlalu disarankan untuk shooting dari jam 11 hingga jam 1 siang, karena cahaya matahari sedang terik-teriknya dan mungkin berada persis di atas obyek, yang artinya akan menimbulkan bayangan. Untuk menurunkan intensitas cahaya yang terlalu kuat, anda bisa memanfaatkan filter Neutral Density/ND yang ada pada kamera. Dengan menggunakan filter ini, cahaya yang berlebihan akan direduce/dikurangi sehingga menjadi normal. Saran saya, ketika harus shooting di siang hari dan hanya menggunakan available light, antara jam 2 hingga jam 4 sore. Untuk mengatur arah pencahayaan gunakanlah reflektor.
Menggunakan Reflektor
Reflektor merupakan sebuah alat untuk merefleksikan atau memantulkan cahaya pada subyek. Reflektor untuk keperluan shooting (juga pemotretan) sudah banyak didesain oleh pabrik, tapi beberapa kawan dengan kreatif membuat reflektor sendiri.
Obyek Bergerak
Jika menggunakan pencahayaan dengan lighting yang normal/artificial light dimana sumber cahaya bisa digeser untuk menyesuaikan cahaya yang harus didapatkan oleh obyek/subyek/area shooting kita. Beda halnya jika kita memanfaatkan available light. Saran saya, gunakanlah iris secara manual karena dengan demikian kita bisa menyesuaikan sumber cahaya yang masuk dengan mengontrol irisnya.

Editing


Seni Menyambung
Oleh Supriyadi

Film yang kita tonton sebetulnya merupakan serangkaian ratusan atau bahkan ribuan gambar yang sebelumnya disusun oleh editor. Gambar atau shot dipilih, dipotong, disambung, menjadi sebuah adegan atau scene, scene itu digabungkan yang kemudian terbentuklah sebuah cerita yang utuh. Shot-shot yang sebelumnya berserakan bagaikan sebuah fuzzle yang bisa jadi sulit untuk dimengerti, ketika disusun terstruktur oleh seorang editor maka akan menjadi satu tontonan yang menarik.
Memilih, memotong, menyambung, menggabungkan shot, tidak semata urusan teknis mekanis sinematik, lebih dari itu akan menjadi urusan rasa atau sense. Nah, jika sebuah karya cipta sudah menggunakan sense maka disadari atau tidak sudah masuk ranah seni. Oleh karena itu editing sebagai bagian tahap proses pembuatan film penulis namai sebagai seni menyambung.
Tulisan Seni Menyambung ini merupakan artikel serial (sekitar 20 seri) yang diharapkan akan menjadi sebuah buku sebagai referensi bagi peminat atau calon editor film di Indonesia. Semoga bermanfaat.

Masa Awal Editing, Edwin S. Porter
Pada awal film pertama kali dibuat tidak mengenal editing, di masa ini film berdurasi pendek sekitar satu menit. Namun ketika film sudah berdurasi panjang sekalipun, seperti Méliès yang sudah berdurasi 14 menit belum ada editing di dalamnya. Film baru merupakan satu shot saja, pada saat itu kamera merekam adegan tanpa ada interupsi pemotongan shot sama sekali. Editing atau penyuntingan gambar pertama kali dilakukan pada film A Trip to the Moon, percobaan ini dilakukan oleh Edwin S. Porter. Porter melakukan apa yang dinamakan sebagai visual continuity, sebuah gagasan luar biasa yang hingga saat ini masih dianut oleh para penyunting gambar. Dalam filmnya The Life of American Fireman, Porter membuat 20 rangkaian shot menjadi satu rangkaian cerita. Film ini sangat sederhana, seorang pemadam kebakaran membantu menyelamatkan seorang ibu dan anak yang terjebak di dalam sebuah gedung yang terbakar. Dengan durasi 6 menit, Porter memperlihatkan adegan menjadi sebuah rangkaian dramatis penyelamatan ke dua orang itu. Porter melakukan intercut adegan penyelamatan di dalam ruangan atau interior dengan gambar lain sebuah kebakaran eksterior gedung. Penggabungan antara interior dengan eksterior tersebut membuat satu rangkaian yang dinamis. Penonton akan mengira bahwa ibu dan anak tersebut bener-benar terjebak dalam gedung yang terbakar, padahal eksterior gedung yang terbakar sebetulnya tidak ada ibu dan anak tadi. Inilah yang dinamakan juxtaposition atau juksta posisi, yakni penempatan atau posisi shot. Dengan jukstaposisi memungkinkan akan melahirkan nilai dramatis baru dibandingkan dengan shot yang berdiri sendiri. Percobaan Porter tidak berhenti di situ, dalam film naratif The Great Train Roberry, Porter melakukan eksplorasi lagi. Porter, memiliki andil cukup besar dalam perkembangan konsep editing narrative continuity.
D.W. Griffith
Griffith, dialah mbahnya editing film pada masa modern ini dan karenanya semua editor film pasti mengenalnya. Pengaruh Griffith tidak hanya pada perkembangan editing di Amerika (baca: Hollywood) bahkan sampai pada Rusia. Kontribusi Griffith adalah editing kontruksi dramatis, pengaruh variasi shot (extreme long shot, close up, cut away, tracking shot), pararel cutting, serta langkah variasi. Percobaan yang dilakukan Griffith ini jauh lebih dahsyat dibandingkan Porter, jika sebelumnya Porter telah menciptakan film secara naratif maka Griffith benar-benar menyadari betul bagaimana juksta posisi memiliki peran yang sangat penting. Maka tidak heran jika Griffith lebih populer ketimbang Porter. Dalam filmnya The Greaser’s Gauntlet, Griffith melakukan penyambungan gambar dengan tipe shot yang berbeda dan penyambungan tersebut benar-benar match dan ini menjadi titik tolak teori editing populer yakni match-cutting. Berikutnya Griffith melakukan eksperimen lainnya di film Enoch Arden, shot pertama dia gunakan long shot, kemudian medium shot dan terakhir close up. Hal ini dia lakukan dengan alasan mengajak penonton secara emosional melihat secara gradual perubahan komposisi gambar. Pada film ini juga Griffith mencoba melakukan penyambungan cutaway untuk menciptakan nilai dramatis yang baru. Dia juga melakukan pararel cutting dengan scene atau adegan lainnya. Eksperimen pararel cutting ini dia lanjutkan pada film The Lonely Villa. Dia mencoba mengkontruksi sebuah scene dengan menyambung beberapa gambar dengan durasi-durasi yang lebih pendek yang menjadikan scene tersebut menjadi lebih dramatis. Kontribusi konsepsi editing ini banyak diikuti para film maker dan editor hingga saat ini, terutama setelah dia berhasil secara dalam feature panjangnya The Birth of Nation, sebuah film epic perang. Inilah mahakarya Griffith dimana semua gagasan konsepsi editing tercurahkan di sini. Perkembanganpun terus berlanjut, pengaruh Griffith hamper sampai ke seluruh pelosok dunia, salah seorang yang melanjutkan konsep Griffith adalah Pudkovin asal Russia.
Vsevolod I. Pudkovin
Pengaruh Griffith sampai juga pada filmmaker Rusia, akan tetapi ada inovasi lain yang dilakukan oleh Pudkovin. Dia mencoba cara lain dari intuisi classical cuttingnya Griffith, dalam bukunya Pudkovin menulis :
The film director [as compared to the theater director], on the other hand, has as his material, the finished, recorded celluloid. This material from which his final work is composed consists not of living men or real landscapes, not of real, actual stage-sets, but only of their images, recorded on separate strips that can be shortened, altered, and assembled according to his will. The elements of reality are fixed on these pieces; by combining them in his selected sequence, shortening and lengthening them according to his desire, the director builds up his own “filmic” time and “filmic” space. He does not adapt reality, but uses it for the creation of a new reality, and the most characteristic and important aspect of this process is that, in it, laws of space and time invariable and inescapable in work with actualitybecome tractable and obedient. The film assembles from them a new reality proper only to itself.

Waktu dalam film dan ruang dalam film, menjadi cukup populer hingga kini. Saat itu Pudkovin melakukan eksperimen bersama temannya Lev Kuleshov, dia mencoba shot yang sama untuk juksta posisi dengan shot lainnya, dan ternyata memberikan pengaruh lain pada audiens. Pada eksperimen ini dia menggunakan aktor Ivan Mosjukin, shot sang aktor dengan ekspresi yang sama dicoba disambungkan dengan 3 shot berbeda yakni dengan : semangkuk soup di atas meja, sebuah shot seorang mayat wanita dalam peti mati, dan gadis kecil yang sedang bermain dengan mainannya. Dengan eksperimen ini ternyata penonton memaknai berbeda pada ekspresi Ivan Mosjukin tadi, pertama dia terlihat seperti orang yang sedang sangat lapar karena berhadapan dengan makanan, kedua dia kelihatan seperti suami yang sedang bersedih, dan ke tiga seperti seorang ayah yang bahagia dengan anaknya.
Shot yang sama jika ditempatkan atau dijuktaposisi dengan shot yang berbeda ternyata menghasilkan “ekspresi yang berbeda” dihadapan penonton, dan ini penting sekali. Jadi, ketika editor melakukan penempatan satu shot dengan shot lainnya, dia harus memikirkan apa dampak yang akan dihasilkan ketika shot tersebut disambungkan.
Sergei Eisenstein
Eisenstein adalah orang kedua yang berpengaruh dalam perfilman di Rusia, dia merupakan sutradara besar. Dia sudah menjadi sutrdara di usia yang sangat muda saat itu. Latar belakang Eisentein adalah teater dan desain, dia mencoba menerjemahkan konsepnya Griffith dan Karl Marx. Percobaan pertama dia lakukan pada film Strike, Eisenstein menemukan lima komponen teori penting dalam editing yakni : metric montage, rhythmic montage, tonal montage, overtonal montage, dan intellectual montage.



sumber :
http://pojokspy.blogspot.com/2010/10/seni-editing-part1.html

Macam-macam casting

Sederhananya casting adalah penentuan pemain berdasarkan analisis naskah untuk diproduksi.

Macam – macam Casting :

  1. Casting by Ability
Berdasarkan yang terpandai dan terbaik dipilih untuk peran yang penting / utama dan kesulitan yang tinggi.

  1. Casting to Emosional Temprament
Memilih seorang pemain berdasarkan hasil observasi hidup pribadinya, karena mempunyai banyak kesamaan atau kecocokan dengan peran yang dipegangnya (kesamaan emosi, temprament, kebiasaan dll.)
Metode casting seperti ini banyak sekali dilakukan oleh para pembuat film Hollywood.

  1. Casting to Tipe
Pemilihan pemain berdasarkan kecocokan fisik si pemain ( tinggi badan, berat badan, bentuk tubuh dll )

     d. Anti type Casting
Pemilihan yang bertentangan dengan watak atau fisik, ini menentang keumuman jenis perwatakan manusia secara konvensional sering disebut education casting.

     e. Therapeutic Casting
Menentukan  seorang pemain atau pelaku yang bertentangan dengan watak aslinya dengan maksud dan tujuan untuk menyembuhkan atau mengurangi ketidak seimbangan jiwanya.

sumber : http://dikiumbara.wordpress.com
Videografi merupakan teknik pengambilan Gambar yang bergerak, lebih dari satu single gambar, Maka dari itu ada beberapa hal yang ditambahkan dalam Videografi, seperti teknik menggerakan kamera untuk menciptakan rasa tertentu, tidak hanya Framing dan angle. Berikut adalah hal hal yang harus dipahami dalam dunia Videografi.

A. Sudut Pandang (Angle)

Tidaklah berbeda dengan Photografi, namun ada 2 hal yang harus ditambahkan dalam Videografi yaitu Subjective Camera Angle dan Objective Camera Angle. Pada Subjective Camera Angle Kamera diletakkan di tempat seorang karakter (tokoh) yang tidak Nampak dalam layar dan mempertunjukkan pada penonton suatu pandangan dari sudut pandang karakter tersebut. Sedangkan Objective Camera Angle Kamera merekam peristiwa atau adegan seperti apa adanya.

B. Bidang Pandang / Framing

Sama halnya dengan Framing pada Photografi, Semua bidang pandang pada Videografi bertolak dari bidang pandang Photografi, mulai dari ELS (Extreme Long Shot) hingga ECU (Extreme Close Up).

C. Hukum Sepertiga (The Rule of Third)

Begitupun pada hal ini, prinsip Photografi masih digunakan dalam Videografi.

D. Pergerakan Kamera

Suatu hal yang membedakan Photografi dengan Videografi, Videografi menghasilkan gambar yang bergerak, maka dari itu, pergerakan kamera haruslah tersusun rapih, guna menghasilkan Video yang menarik. Berikut adalah istilah istilah pergerakan dalam Kamera :

Pan, Panning


Pan adalah gerakan kamera secara horizontal (mendatar) dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Pan right (kamera bergerak memutar ke kanan) dan Pan left (kamera bergerak memutar ke kiri) Gerakan pan biasanya dilakukan untuk mengikuti subyek ( orang yang sedang berjalan), mempertunjukkan suatu pandangan yang lebih luas secara menyeluruh. Jangan melakukan panning tanpa maksud tertentu. Seblum melakukan panning hendaknya terlebih dahulu menentukan titik awal dan titik akhir dari shot (adegan) yang akan direkam. Apabila kita merekam adegan gerak seseorang yang sedang berjalan, berilah ruang kosong yang lebih longgar di depannya. Ruang kosong ini dinamakan leading space.

Tilt, Tilting


Tilting adalah gerakkan kamera secara vertical,mendongak dari bawah keatas atau sebaliknya. Tilt up : mendongak ke atas dan Tilt down : menunduk ke bawah Gerakan tilt dilakukan untuk mengikuti gerakan obyek, untuk menciptakan efek dramatis, mempertajam situasi. Gerakan tilt ini sebaiknya ditentukan terlebih dahulu titik awal dan titik akhir shot.

Dolly, Track


Dolly atau track adalah gerakan di atas tripot atau dolly mendekati atau menjauhi subyek. Dolly in : mendekati subyek dan Dolly out: menjauhi subyek.

Pedestal


Pedestal adalah gerakan kamera di atas pedestal yang bisa dinaik turunkan. Sekarang ini banyak digunakan Porta-Jip Traveller. Pedestal up : kamera dinaikkan dan Pedestal down : kamera diturunkan. Degan menggunakan teknik pedestal up/down kita bisa menghasilkan perubahan perspektif visual dari adegan.

Crab


Gerakan kamera secara lateral atau menyamping, berjalan sejajar dengan subyek yang sedang berjalan. Crab left (bergerak ke kiri) dan Crab right ( bergerak ke kanan).

Crane


Crane adalah gerakkan kamera di atas katrol naik turun.

Arc


Arc adalah gerakkan kamera memutar mengitari obyek dari kiri ke kanan atau sebaliknya.

Zoom

Zooming adalah gerakan lensa zoom mendekati atau menjauhi obyek secara optic, dengan mengubah panjang focal lensa dari sudut pandang sempit ke sudut pandang lebar atau sebaliknya. Zoom in : mendekatkan obyek dari long shot ke close up dan Zoom out : menjauhkan obyek dari close up ke long shot.

E. Hal yang harus dihindari

Berikut adalah hal - hal yang kalian harus hindari dalam merekam gambar, dan beberapa kesalahan pada videografer pemula, materi ini diambil dari http://videografi.wordpress.com
  • Merekam Gempa Bumi dan Pentas Dangdut
    Gempa bumi tidak setiap saat terjadi. Namun, setiap peristiwa atau adegan yang direkam seolah-olah selalu berlangsung pada saat terjadi gempa bumi. Atau seolah terjadi di seputar pentas dangdut. Semua serba goyang, termasuk videografernya. Gambar-gambar yang selalu bergoyang, tidak stabil, terkadang tidak fokus dan cenderung acak-acakan. Ini adalah bentuk kesalahan mendasar dan kebiasaan merekam tanpa rencana, sehingga merekam apa saja yang ada di depan kamera, namun tidak jelas apa yang menjadi subyeknya. Bahkan mungkin si videografer sendiri tidak tahu apa yang direkamnya.
  • Merekam Sambil Jogging
    Kebiasaan merekam video sambil berjalan, jika tidak dilakukan dengan cara yang benar dan sesuai dengan kebutuhan, umumnya akan menghasilkan rekaman video yang tidak nyaman untuk dinikmati. Subyek seolah memantul naik turun, disertai goyangan tak beraturan. Merekam gambar dengan pergerakan seperti ini sebetulnya sangat menarik dan memberikan efek dramatis. Syaratnya, stabilitas pergerakan horizontal harus lebih diutamakan sambil sebisa mungkin meminimalisir pergerakan vertikal.
  • Tidak Bisa Membedakan Antara Merekam Video dan Menembak
    Meski sama-sama dilakukan dengan cara membidik, merekam video berbeda dengan menembak. Menempatkan subyek tepat di tengah-tengah bingkai gambar (frame) akan sangat bagus dan tepat sasaran pada saat Anda menembak dengan senapan. Tetapi dalam hal videografi, ini adalah cara pengambilan gambar yang tidak diajurkan, karena hasilnya akan cenderung membosankan. Ini adalah salah satu kesalahan mendasar dalam hal pembingkaian (framing) dan komposisi.
  • Mengikat Diri di Tiang Bendera
    Kebiasaan merekam video dengan berdiri terpaku di satu titik, tanpa berpindah posisi, seolah merekam di tengah upacara, dalam kondisi terikat di tiang bendera. Ini akan menciptakan gambar-gambar yang statis dan monoton, karena tidak menawarkan variasi sudut pandang atau komposisi lain yang mungkin jauh lebih menarik. Juga kebiasaan hanya merekam sebatas level pandangan mata (standing eye level), meski sebetulnya akan lebih menarik jika suatu subyek diambil dari sudut alternatif (high angle atau low angle). Bukan sebuah kesalahan fatal, namun sekali lagi cenderung membosankan. Ini adalah contoh kebiasaan salah yang berkaitan dengan sudut pengambilan gambar (angle).
  • Tidak Bisa Membedakan Antara Merekam Video dan Menyetrika
    Zoom adalah fasilitas dasar yang sangat membantu dan memudahkan dalam pengoperasian kamera video. Dengan zooming, kita bisa mendekati subyek (tele) atau menjauhi obyek (wide) tanpa harus berpindah tempat. Namun penggunaan fungsi zoom yang berlebihan dan dengan cara yang tidak semestinya, akan menghasilkan rekaman video yang tidak nyaman ditonton. Subyek tiba-tiba mendekat, lalu menjauh, lalu mendekat lagi. Maju, mundur, maju lagi, mundur lagi, persis seperti setrika. Ini adalah contoh kesalahan penggunaan fasilitas kamera.
  • Merekam Video di Zebra Cross
    Bayangkan seseorang yang akan menyeberang jalan di zebra cross. Tengok kanan, tengok kiri. Merasa belum yakin, tengok kanan lagi, tengok kiri lagi. Bahkan setelah berjalan di zebra cross pun orang masih melakukannya untuk memastikan apakah jalan benar-benar aman. Tengok kanan kiri adalah kebiasaan bagus jika seseorang akan menyeberang jalan raya. Tapi merekam video dengan cara serupa, tidak akan menghasilkan rekaman yang menarik untuk ditonton. Terlalu banyak panning dalam satu shot ( satu ambilan gambar dalam satu rekaman), baik ke kiri ke kanan atau ke atas ke bawah (tilt) adalah contoh kebiasaan buruk dalam merekam gambar. Terlebih jika digabungkan dengan zoom in dan / atau zoom out. Sebuah contoh kesalahan dalam pergerakan kamera (camera movement).
  • Tidak Bisa Membedakan Antara Merekam Video dengan Memotret
    Berbeda dengan kamera foto yang merekam sebuah momen, kamera video merekam sebuah proses dinamis atau aksi (action), sehingga menghasilkan gambar bergerak (dan bersuara). Kebiasaan mengabadikan sebuah momen pada saat memotret, acapkali terbawa pada saat mempergunakan kamera video. Hasilnya adalah hasil rekaman video dengan durasi yang terlalu pendek dalam setiap shot (satu ambilan gambar dalam satu rekaman). Shot yang terlalu pendek tidak nyaman untuk dinikmati, karena tidak memberikan waktu yang cukup bagi penonton untuk memahami detil subyek yang ditampilkan. Shot yang terlalu pendek juga akan menimbulkan kesulitan dalam proses pasca produksi (editing).
  • Merekam Tokoh Misterius
    Menempatkan subyek penting (umumnya manusia) pada bagian depan dengan latar belakang yang lebih kuat pencahayaannya. Kebiasaan atau ketidaksadaran dengan situasi backlight seperti ini (dan tidak segera melakukan antisipasi), akan menciptakan siluet dan sosok-sosok misterius. Rekaman video yang terlalu sering atau terlalu lama dalam kondisi backlight, sudah pasti tidak akan nyaman ditonton dan kehilangan kesan profesional. Sebuah contoh kesalahan umum dalam hal pencahayaan (lighting).


    sumber : http://amri166.blogdetik.com/2011/01/10/dasar-videografi/

Teknik Dasar Fotografi Digital Depth Of Field

Secara harafiah Depth of Field (DOF) berarti kedalaman ruang. Di dunia fotografi, DOF secara teknis berarti rentang atau variasi jarak antara kamera dengan subjek foto untuk menghasilkan variasi ketajaman (fokus) gambar yang masih dapat diterima (tidak blur). Dengan kata lain, DOF digunakan untuk menunjukkan ruangan tertentu di dalam foto yang mendapatkan perhatian khusus oleh mata karena adanya perbedaan ketajaman (fokus).
Secara umum, Depth Of Field dipengaruhi oleh 3 hal yaitu :
Jarak fokus utama dari kamera
  • Lebar ruang tajam berbanding lurus dengan kuadrat jarak objek. Jika kita mengubah jarak antara kamera dengan objek sebesar 3x (lebih jauh - dengan menggeser kamera mundur dari posisi semula) maka lebar ruang tajam akan menjadi 9x lebar semula.
Bukaan diafragma
  • Lebar ruang tajam berbanding lurus dengan diafragma. Contoh: jika diafragma dinaikkan 2 stop dari f/8 ke f/16, maka lebar ruang tajam akan menjadi 2x lebar semula.
Panjang fokus lensa yang digunakan
  • Lebar ruang tajam berbanding terbalik dari kuadrat panjang fokus. Dengan kata lain, lebar ruang tajam akan menjadi 4x lebar semula jika kita mengubah lensa dari 100mm ke 50mm (panjang fokus lensa setengah dari semula).
Semakin lebar sudut lensa maka semakin luas daerah ruang tajamnya. Ini artinya, ketika kamera di-zoom out, objek yang kita shoot akan semakin leluasa untuk bergerak maju ataupun mundur dalam jarak tertentu dari kamera dan masih terlihat tajam/fokus. Ruang tajam yang sempit dalam pengambilan gambar telephoto, disebut juga DoF sempit, sedangkan ruang tajam yang luas dalam pengambilan gambar wide disebut juga DoF luas.
Semakin membuka diafragma, semakin sempit daerah ruang tajamnya. Ini berarti, mengatur fokus dalam situasi pencahayaan yang kurang akan lebih problematis dikarenakan diafragma harus membuka lebar dan objek tidak akan leluasa untuk bergerak mendekat atau menjauh dari kamera karena akan keluar dari fokus (out of focus).
Kombinasi antara telephoto (zoom in all the way) dan diafragma yang membuka lebar, akan mengakibatkan ruang tajam yang sempit. Satu contoh, saat pengambilan gambar telephoto (tight shot) seorang penyanyi yang melakukan konser pada malam hari dengan pencahayaan yang minim, kita harus berhati-hati dalam mengatur fokus, karena sedikit saja penyanyi tersebut bergerak mendekat atau menjauh dari kamera, maka dia akan mudah untuk keluar dari fokus.


sumber : http://www.pasarkreasi.com/news/detail/photography/2534/

Memilih Jenis Kamera Digital Yang Tepat

Semakin modernnya jaman saat ini menjadikan seluruh teknologi sudah berbasis digital, begitu juga dengan bidang fotografi, fotografi saat ini sudah menjadi sebuah tren yang mendunia dan perangkat kamera pun saat ini sudah memakai teknologi digital.
Saat ini kepentingan fotografi semakin beragam dari fotografer yang profesional sampai ke penghasil foto yang mengambil gambar hanya untuk  sekedar di upload ke sosial media seperti instagram ataupun twitter. Untuk itu kita perlu tahu kamera jenis apa dan berspesifikasi apa yang tepat untuk kebutuhan kita, berikut tips dan triknya kami sajikan.
1. Tentukan Jenis Kamera Digital
Berdasarkan bentuk dan fungsinya kamera secara umum adalah sebagai berikut:
Kamera Handphone
Kamera yang terdapat pada handphone Anda juga termasuk salah satu alat fotografi dan dapat menghasilkan gambar yang sangat baik apabila tepat penggunaanya, kamera handphone sangat berguna bagi pengguna sosial media, karena Anda tinggal membidik dan dengan koneksi internet Anda dapat upload foto tersebut ke sosial media seperti Facebook, Twitter, dan yang paling popular untuk mengupload foto adalah Instagram. Handphone dengan kamera yang sangat baik contohnya adalah iPhone, iPhone memiliki fitur-fitur aplikasi yang dapat Anda download sehingga dengan mudah Anda dapat mengedit foto yang masih mentah menjadi lebih indah.
kamera iphone4 lazada indonesia Memilih Jenis Kamera Digital Yang Tepat
Kamera Pocket/kamera Saku
Kamera Digital jenis Pocket adalah pilihan yang tepat untuk segala pecinta fotografer karena kamera ini umumnya berukuran kecil dan mudah dibawa, cocok untuk pengambilan gambar sehari-hari, dan saat ini kamera pocket sudah memiliki kualitas gambar yang sangat baik, kebanyakan sudah memiliki resolusi diatas 12 megapiksel, ditambah lagi saat ini sudah banyak kamera pocket dengan jenis Prosumer, kamera jenis prosumer ini memiliki kehebatan fitur-fitur kamera profesional tetapi diperuntukan untuk konsumer pemula, sehingga sangat mudah digunakan.
canon1 lazada indonesia Memilih Jenis Kamera Digital Yang Tepat
Kamera Mirroless
Kamera yang satu ini adalah sebuah inovasi dari produsen kamera, ukuran dan prinsip kamera mirrorles sama dengan kamera pocket tetapi cermin yang biasanya digunakan untuk memantulkan cahaya yang ditangkap lensa dan diteruskan ke prisma viewfinder ditiadakan dan  meneruskan sinar yang ditangkap lensa ke sensor digital. dan sensor yang digunakan adalah sensor yang digunakan pada kamera slr sehingga kualitas gambar yang dihasilkan menjadi setingkat dengan kamera slr.
Canon EOS M lazada indonesia Memilih Jenis Kamera Digital Yang Tepat

Kamera SLR
Kamera slr adalah jenis kamera yang paling laris karena kemampuannya tidak perlu diragukan lagi, dari pengguna pemula sampai profesional memiliki kamera slr andalannya masing-masing.
canon lazada indonesia Memilih Jenis Kamera Digital Yang Tepat
2. Bertanya Rekomendasi
Malu bertanya sesat dijalan, sebaiknya sebelum memilih dan membeli kamera Anda disarankan bertanya kepada orang yang sudah biasa memakai kamera dan bertanta mengenai kamera digital yang tepat, atau membaca review kamera digital di internet.
konsultasi Memilih Jenis Kamera Digital Yang Tepat

3. Mengetahui istilah-istilah kamera
Istilah-istilah dalam dunia kamera sangatlah banyak seperti ISO, Aperture, Shutter Speed untuk itu Anda harus mengetahuinya agar tidak kecewa ditengah-tengah hobi fotografer Anda.
tombol lazada indonesia Memilih Jenis Kamera Digital Yang Tepat
4. Cobalah sebelum Membeli
Jangan hanya melihat sebuah brosur dan langsung tertarik membeli sebuah kamera sebaiknya Anda mecoba kamera yang lain terlebih dahulu, atau membandingkan review satu kamera dengan yang lain.
choose the right digital camera lazada indonesia Memilih Jenis Kamera Digital Yang Tepat

Kesimpulannya adalah, sebelum memutuskan untuk membeli satu kamera digital Anda sebaiknya membandingkan review kamera digital tersebut, jangan sampai Anda kecewa setelah membeli satu kamera dan pastikan kamera yang Anda beli sesuai dengan kebutuhan Anda. Untuk review kamera dan koleksi kamera yang lengkap dapat Anda temukan di Lazada Indonesia.

sumber : http://blog.lazada.co.id/memilih-jenis-kamera-digital-yang-tepat/

Ragam Teknik Memotret Gerak

Dalam bidang fotografi memotret gerak adalah tantangan tersendiri, karena tak mudah untuk mengabadikan obyek yang bergerak. Diperlukan pengetahuan dan skill yang memadai dalam menangkap momen gerak. Pengetahuan itu di antaranya teknik-teknik bagaimana memotret gerak.

1. Teknik Freezing
Memotret obyek bergerak dengan teknik ini adalah bagaimana “membekukan” obyek pada momen bergerak yang tepat sehingga diperoleh foto yang menggambarkan gerakan.
Berikut ini adalah setting kamera untuk memotret gerak dengan teknik freezing:
- Setting manual: menggunakan speed tinggi (di atas 1/100 second), aperture (f) disetel menyesuaikan dengan kecepatan, dan ISO bisa dinaikkan (400 ke atas) atau tidak (tetap di angka 100-200) sesuai dengan selera.
- Aperture priority (mode A di kamera Nikon dan Av di kameran Canon): aperture dapat disetel sesuai dengan selera untuk menghasilkan kualitas gambar yang diinginkan, adapun speed otomatis akan menyesuaikan. Flash dapat digunakan untuk membekukan obyek.

1358079576927574083



2. Teknik Panning
Panning adalah teknik fotografi yang dilakukan untuk menangkap obyek bergerak sambil menggerakkan kamera secara paralel ke objek. Dengan menggerakkan kamera bersama-sama dengan objek, objek tetap tajam dan latar belakang menjadi kabur (blur) sebagai hasil dari gerakan.
Ada dua cara setelan kamera untuk melakukan panning:
- Set kamera ke mode shutter priority (Tv di Canon / S di Nikon) untuk mengatur kecepatan rana menjadi cukup lambat untuk menangkap gerakan tetapi tidak terlalu lambat sehingga seluruh gambar akan kabur.
- Set kamera ke mode sepenuhnya manual, menentukan kecepatan rana dan menentukan aperture sesuai dengan DoF (depth of field) yang diinginkan. Setelah keduanya diatur lalu mengatur ISO ke nilai yang sesuai untuk menerima eksposur akurat.
Untuk mencapai hasil terbaik, pilih kecepatan rana yang tepat untuk adegan tertentu, mempertimbangkan kecepatan objek dan focal length yang dipilih. Misalnya, ketika sepeda lewat 4-5 meter di depan kamera dengan lensa 24mm, shutter speed bisa antara 1/20 - 1/30 untuk hasil panning yang halus.
Cara pengambilan adalah dengan menggerakkan kamera mengikuti obyek. Ikuti obyek dengan menekan setengah tombol rana dan jika sudah berada tepat di depan mata tekan sempurna tombol rana untuk meng-capture obyek.

1358080745814029278

3. Teknik Blurring
Teknik ini adalah kebalikan dari teknik panning. Memotret gerak dengan kecepatan rana cukup lambat namun tidak dengan menggerakkan kamera. Tujuan dari teknik ini adalah menangkap momen bergerak sehingga yang bergerak menjadi blur tetapi latar belakang atau ada obyek yang tidak sepenuhnya blur.
Secara teknis, caranya mirip dengan panning. Satu-satunya perbedaan adalah kamera harus tetap stabil (tidak digerakkan) saat memotret.

1358081173791071499



sumber : http://lifestyle.kompasiana.com

Fotografi

Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure).
Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.